Ramya Sukardi

Tuesday, June 19, 2007

Dua Sahabat Akrab yang Berpisah

Shella Marnia Difika, adalah seorang anak perempuan yang cantik dan cukup pintar. Kyla Renasdi juga anak yang cantik dan pintar.Akan tetapi,Kyla menderita salah satu penyakit mata, yang mengakibatkan ia harus memakai kaca mata yang menurutnya menyebalkan. Shella dan Kyla sudah menjadi sahabat akrab sejak mereka kelompok bermain,karena memang kebetulan ortu mereka menyekolahkan mereka di sekolah yang sama,sampai sekarang, kelas 4 SD.

”Sudahkah kamu belajar untuk ulangan bahasa hari ini, Kyla?” tanya Shella suatu hari saat istirahat.

”Tentu sudah! Aku belajar bersama kakakku kemarin malam!” Kyla menjawab.

Shella langsung menundukkan kepalanya.

”Ada apa memangnya?” Kyla jadi bingung.

”Aku belum belajar, Aku kemarin malam langsung tidur karena sorenya aku menjenguk saudaraku yang sedang sakit,” Shella menerangkan.

“Jangan risau begitu, yakinkan ulangan nanti mudah!“ Kyla memberi semangat pada Shella.

”Itu kan hanya meyakinkan? Kalau memang benar soalnya tak bisa ku jawab?” tanya Shella cemas.

”Makanya, sebelum ulangan kau harus berdo’a dulu,” Kyla berkata.

Shella jadi ingat minggu lalu ia berdo’a dengan khusuk sebelum ulangan.Dan hasilnya memuaskan, Tidak ada soal yang susah bagi Shella dan iapun dapat nilai yang bagus. Setelah ingat kejadian itu,Shella memeluk Kyla dengan erat.

”Terimakasih temanku, Kau telah memberikan tips terbaik untukku.Kau memang yang terbaik!” ucapnya.

Setelah itu belpun berbunyi. Kyla dan Shella pergi ke kelas mereka. Mereka belajar Matematika, IPA, PLKJ, lalu yang terakhir ulangan Bahasa. Shella berdo’a sesuai apa yang Kyla katakan.

”Sudahkah kamu berdo’a?” tanya Kyla sesudah ulangan usai.

Shella mengangguk sambil tersenyum manis. Setelah semua ulangan dikumpulkan pada pak guru, Shella dan Kyla boleh pulang. Mereka pulang bersama-sama dengan menaiki bis umum. Wajar saja mereka bareng, karena memang rumah mereka satu kompleks.

“Kau tahu Shella? Tadi Ario mau mencontek aku,lho!” lapor Kyla.

”Wajar saja Kyla! Bukannya memang Ario suka mencontek?!” tanya Shella.

Mereka berdua tertawa kecil di dalam bis. Tak lama sampailah mereka di tujuan. Shella dan Kyla membayar, lalu turun dari bis. Dari halte bis, mereka berjalan sambil ngobrol ke “Villa Mutiara Kenanga” yaitu Villa yang ditempati rumahnya. Letak Villa mereka tidak jauh dari halte bis, kira-kira 3 kilometer jauhnya.

Tibalah saatnya mereka berpisah. Rumah Kyla terletak di dekat pertigaan jalan, kalau Shella tepat di saat belokan ke kanan dari pertigaan rumah Kyla. Jadi mereka hanya di batasi satu rumah.

Di rumah Kyla, ibu Kyla berkata pada Kyla ’’Sayang,…minggu depan kita pindah rumah ke luar kota!”

”Apa?! Pindah ke luar kota?!...... Pindah sekolah dong?!” Kyla sangat terkejut mendengarnya.

”Iya, tentu… Ada apa? Ayahmu kan, perlu berkerja di sana, karena kantor beliau pindah…Lagipula ibu sudah mendaftarkan kamu di sebuah sekolah SD. Bagaimana?” tanya ibunya.

Kyla yang tadinya sedang menulis sesuatu jadi berhenti, dan Kyla juga berdiri karena tadinya dia duduk.

”Ada apa Kyla? Kenapa berhenti menulisnya?” tanya ibunya sambil menghampiri Kyla.

”Apa memangnya aku harus memutuskan tali persahabatanku dengan Shella? Karena hanya gara-gara aku pindah rumah?” tanya Kyla dengan nada sedih.

“Bukan begitu maksudnya, Tapi kita mau bagaimana lagi? Ayahmu harus cari perkejaan lain yang kantornya tetap dikota ini? Tidak bisa. Susah cari kerjaan baru, Kyla sayang…..,” ibunya berkata dan mulai memeluk Kyla yang telah meneteskan beberapa air mata.

Esoknya, karena hari libur Nasional, Kyla pagi-pagi datang ke rumah Shella.Ternyata Shella berada di teras rumahnya.

”Halo teman!” sapa Shella setelah Kyla memasuki pagar rumahnya.

”Halo juga..” jawab Kyla dengan sedih.

”Kamu sedang sedih,ya?” tanya Shella.

”Iya, karena aku kesini membawa berita buruk” jawab Kyla sambil duduk di sebelah Shella.

”Apa? Ceritakan!” kata Shella penasaran.

Kyla segera menceritakan hal yang kemarin terjadi.

“Minggu depan hari apa?” tanya Shella.

Kyla menjawab bahwa hari Senin. Karena hari itu hari Sabtu, maka waktu mereka bertemu hanya tinggal satu hari saja. Shella tidak percaya teman sejati akrabnya meninggalkan dirinya.

”Aku tak yakin semua ini. Aku akan merindukanmu,” kata Kyla.

”Jangan rindui aku. Kau disana pasti akan dapat teman sejati lebih baik hatinya daripada aku,” kata Shella putus asa.

”Kenapa kau katakan begitu? Kau mau terjadi seperti itu sungguhan?” tanya Kyla.

Shella menjawab, ”Aku tidak tahu harus jawab apa.”

Saat Shella menyenggol sedikit badan Kyla secara tidak sengaja, kaca mata Kyla jatuh ke lantai, tetapi tidak pecah. Kyla jadi terganggu penglihatannya, Shella memberikan kaca mata Kyla pada Kyla.

”Trims,…”ucap Kyla.

“Kau tahu apa yang terjadi tadi?” Shella menggeleng.

”Kau masih mau memberikan kaca mataku. Itu berarti kamu masih berteman denganku dan pasti setiap sahabat tidak mau sahabatnya direbut orang kan?” tanya Kyla.

Shella berfikir sejenak, akhirnya Shella berkata, ”Ya, kau benar, maafkan aku tadi ya,Kyla!”

Karena hati Kyla baik, ia memaafkan sahabatnya itu. Mereka akhirnya mulai bercerita lelucon lagi seperti biasanya. Lima belas menit kemudian, ibu Kyla menelfon rumah Shella memberi tahu agar Kyla segera pulang ke rumahnya.

”Aku pulang dulu ya, Shella!” kata Kyla sambil berjalan keluar pagar rumah Shella.

”Sampai jumpa!” jawab Shella.

Sesampainya di rumah, ibu Kyla sedang membongkar lemari baju Kyla.

”Apa yang ibu lakukan?” tanya Kyla.

”Sudahlah Kyla..tidak usah nanya lagi. Ayo! Bantu ibu memilih mana bajumu yang dibawa dan mana yang tidak kita bawa ke rumah baru! Jangan malah main ke rumah teman seperti tadi!” kata ibunya sambil menaruh celana Kyla di salah satu tumpukan baju.

”A…ku kira ada apaan kerumah, eh… tahu-tahunya cuma begini, mending ngobrol sama Shella!”keluh Kyla dalam hati.

Selesai membantu ibunya, Kyla harus membantu ayahnya menaruh perabotan rumah tangga ke ruang tamu.”Fyuuh,…. Aku lelah” kata Kyla setelah membantu ayah.

”Kau lelah?”tanya ayahnya. Kyla mengangguk.

“Ya sudah, kau mau istirahat dimana?”tanya ayahnya lagi.

”Cukup di kamarku saja…” kata Kyla malas.

”Jangan kamarmu…. Kamar kakakmu saja. Semua barang di kamarmu sudah dipindahkan,” jelas ayahnya.

Dengan berat hati, Kyla berjalan ke arah kamar kakaknya. Hari itupun berlalu dengan cepat.

Di hari Minggu, Kyla memanfaatkan hari itu sebaik-baiknya, Begitu juga Shella. Hari Minggu juga dihabiskan Kyla di rumah Shella, Ia boleh main karena kemarin ia sudah membantu cukup banyak.

Hari Senin….saatnya kesedihan dimulai. Saat kakak, ibu dan ayah sedang sibuk berkerja, Kyla kabur dari rumah. Ia menuju rumah sahabatnya. Shella berada di depan pagar rumahnya.

”Aku tahu kau akan kemari,” kata Shella.

Kyla tersenyum, Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka langsung berpelukan eraaaaaat sekali.

”Aku tidak akan melupakanmu, Kyla!” kata Shella sambil menangis sedih.

”Aku juga…aku berjanji akan mengirim surat padamu..,” ucap Kyla juga sambil menangis tersedu-sedu.

Kyla dan Shella berhenti berpelukan juga menangis.

Kyla berkata.“Waktuku tidak lama.. maafkan aku. Kuyakin persahabatan ini tak akan putus.”

”Ya,..selama kalung ini masih ada,” sambung Shella sambil memperlihatkan dua kalung berliontin bulat jika disatukan.

Kyla mengambil satu kalung dan memakainya. Shella juga memakai yang satunya lagi. Untuk terakhir kalinya, Kyla memeluk Shella sebentar lalu ia berlari ke rumahnya. Shella sangat sedih. Saat itu ia meneteskan setitik air matanya yang terakhir lalu menghapusnya lagi.

Ramya Hayasrestha Sukardi
19 Juni 2007.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

my 'read' shelf: